Benarkah aishah ejen perisikan terlatih atau cuma tki yang teraniaya - PENA MEDIA

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Loading...

Friday, February 17

Benarkah aishah ejen perisikan terlatih atau cuma tki yang teraniaya


Baru-baru ini seluruh dunia gempar dengan berita pembunuhan kim jong-nam yang juga
abang kepada pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un. Kim jong-nam di bunuh oleh dua wanita yang dipercayai ejen perisikan terlatih dengan cara menyemprot racun ke muka korban.


Lebih heboh lagi salah seorang dari pelaku seorang wanita pemegang pasport RI yang bernama aishah berasal dari serang indonesia, persoalannya apa benar aishah adalah ejen risikan terlatih.

BERIKUT KERAGUAN YANG TIMBUL TERKAIT EJEN PERISIKAN RAHSIA INI

Dalam tempoh waktu 72 jam, dua wanita ditahan pihak kepolisian negara malaysia karena dipercaya menjadi tersangka utama kasus pembunuhan Kim Jong-nam, abang tiri kepada pemimpin Korea Selatan, Kim Jong-un.Wajah mereka terlihat di kamera litar tertutup (CCTV) Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 (Klia2). 

Begitu cepat mereka dapat terdeteksi dalam kasus pembunuhan profil tinggi yang dikatakan banyak pihak didalangi Jong-un sendiri. 

Melihat siapa yang menjadi korban dan siapa yang dituding jari, maka di pikiran kita akan terbayang mereka adalah pembunuh bayaran terlatih atau mata-mata Korea Utara yang cukup teliti dalam menjalankan aksi mereka. Justru, timbul persoalan yaitu andai mereka profesional, mengapa mereka bisa ditahan dengan begitu mudah sekali? 

Bukan mempertanyakan tingkat efisiensi polisi malaysia, namun jika melihat ke garis waktu kejadian, kedua wanita itu memiliki waktu yang cukup untuk melarikan diri ke luar negeri. Kejadian dilaporkan terjadi sekitar 8 ke 9 pagi Senin lalu dan berita tentang kejadian itu mulai tersebar di media internasional sore hari.


Penulis yakin pada tahapan awal kasus ini polisi malaysia belum dapat mengkonfirmasi identitas korban dan kejadian yang terjadi sebenarnya adalah pembunuhan.

Otopsi belum dibuat ketika itu, jadi pada awalnya ia pasti diklasifikasikan sebagai kejadian mati mendadak dahulu.

Apalagi nama di paspor adalah Kim Chol, jauh dari nama asli.

Tentu saja fokus  dan aksi polisi ketika itu tidaklah terlalu hebat sehingga diketahui si mati sebenarnya adalah abang tiri kepada pemimpin Korea Utara.

Sekurangnya-kurangnya ada jarak sekitar delapan ke 10 jam sebelum kejadian itu mulai heboh.

Andai aishah atau pemegang pasport RI itu mau melarikan diri, mereka ada ruang waktu yang secukupnya.

Apalagi kejadian terjadi di Klia2, mereka bisa saja siap dengan tiket penerbangan untuk bergerak keluar dari negara ini setelah melaksanakan misi mereka.

Namun mengapa memilih untuk terus kekal?

Ketika ditahan pun mereka sendirian dan tidak melawan. Dengan begitu mudah mereka dilacak dan ditangkap.

Tidak ada ciri-ciri seorang profesional atau intelijen terlatih langsung dalam diri mereka jika hal di atas dijadikan sandaran.

Bahkan mereka kelihatan seperti amatir yang begitu nyata sebenarnya.

Mengapa begitu mudah mereka ketahuan?

Ada satu laporan yang cukup masuk akal dengan perilaku wanita itu seperti yang diterbitkan koran Oriental Daily Hong Kong.

Menurut laporan berkenaan, Salah seorang pelaku wanita berasal dari Vietnan itu memberitahu polisi bahwa dia telah dipaksa atau diminta oleh empat pria agar menyemprot muka Jong-nam dengan sesuatu sementara rekannya pula menutup wajah korban dengan kain. Konon ia bertujuan sebagai humor atau lelucon.


Mereka berdua bertindak seperti mana diarahkan empat orang itu.

Setelah melakukan apa yang disuruh, mereka kembali ke tempat asal tetapi gagal menemukan empat pria misterius tersebut.

 Kami difahamkan bahwa polisi kini memang sedang berusaha mendeteksi kempat-empat orang itu.

Kalau diamati skenario ini, ada kemungkinan kedua wanita terbabit bukan pembunuh atau mata-mata.

Sementara empat pria yang dimaksudkan mereka, yang wajah mereka pun belum dapat dikonfirmasi atau terdeteksi, lebih menepati fitur intelijen.

Mereka mungkin telah memanipulasi kedua wanita tersebut dan kemudian hilang.

Kalau dilihat pada kejadian, Jong-nam tidak mati seketika setelah terkena racun, bahkan dia sempat berlari mendapatkan bantuan.

Berarti, sebaik racun disapukan ke muka, dia masih belum mati.

Justru, kedua wanita itu pun tidak mengetahui yang mereka telah melakukan pembunuhan sebaliknya mungkin beranggapan telah berhasil melakukan prank seperti yang diminta ketika melihat korban berlari.

Itu menjelaskan dengan mudah mengapa mereka masih ada dalam negara dan dapat dilacak dengan begitu cepat.

Faktanya, tidak ada alasan jika mereka intelijen atau pembunuh bayaran, menyerah dengan begitu mudah sedangkan 'window of opportunity' atau kesempatan untuk mereka melarikan diri terbuka begitu luas.

Kalau hendak bunuh diri pun ada ruang tetapi untuk tertangkap dengan mudah bukanlah ciri-ciri profesional.

Bagaimana mereka bisa setuju dengan permintaan empat pria misterius itu mungkin persoalan itu yang perlu dirungkai.

Apakah mereka dibayar atau diperdaya?

Namun di balik segala apa ditulis di atas, seorang teman memberitahu penulis; "Mungkin juga merekaadalh  intelijen Korea Utara, cuma mereka tidak akan membunuh diri setelah melaksanakan misi seperti yang sering dilakukan intelijen negara itu, sebaliknya mereka memang ingin ditangkap."

Ada juga lojiknya ... apa pun efisiensi polisi pasti akan dapat mengungkap kejadian ini sepenuhnya tidak lama lagi.

Post Top Ad

Loading...