Semakin banyak tkw melacur demi bayaran Mahal, ada juga yang gratis atas dasar suka sama suka - PENA MEDIA

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Loading...

Sunday, May 28

Semakin banyak tkw melacur demi bayaran Mahal, ada juga yang gratis atas dasar suka sama suka

Penghasilan M (27 tahun), saban hari bisa seribu riyal. Pagi tidur dengan lelaki Bengali dan Sore seranjang bareng pria Pakistan.


Pelacur yang beroperasi di Kota Jeddah, Arab Saudi, ini bisa melayani tiga pelanggan sehari. Tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia itu menjadi pelacur demi menyambung hidup.

Awalnya, M bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dia menjadi pelacur setelah diperkosa majikannya. Gajinya juga tidak dibayar. "Sekali main dibayar seribu riyal," kata M saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya pekan kemarin.

Sejak kabur dari rumah majikannya, M tinggal di penampungan TKI di Jeddah bersama puluhan rekan senasib. Sambil menunggu pekerjaan lagi sebagai pembantu rumah tangga, M menyambi sebagai pelacur untuk membiayai hidup.

Dia ditawari mucikari asal Indonesia untuk melayani nafsu lelaki Bengali. "Saya terpaksa melakukan ini untuk menyambung hidup," ujarnya. Teman-temannya di penampungan tidak ada yang tahu dia menggeluti profesi haram itu.

M kini telah menikah dengan lelaki asal Pakistan dan menetap di Jeddah. Dia sudah dua kali menikah selama bekerja di Arab Saudi.

Suami pertamanya adalah orang Bengali. Nafsu seksnya sangat kuat. M tidak mampu mengimbangi. Pernikahan mereka karam. "Nikah hanya sebulan," tutur M.

Menurut Ujang, pegawai perusahaan swasta dan sudah tinggal di Jeddah tujuh tahun, para TKW pelacur ini beredar lewat jaringan telepon. Biasanya pelacur akan dihubungi oleh TKI merangkap mucikari. "Mereka tidak mangkal, tapi dihubungi dan langsung datang ke apartemen," kata Ujang.

Nasir, pekerja asal Indonesia di Jeddah, mengiyakan. Para pelacur Indonesia sudah memiliki langganan. Biasanya, para pekerja kasar, seperti sopir taksi dari Pakistan, India, dan Bangladesh. "Dia itu punya nomor dari teman ke teman," ujarnya.

Nasir menjelaskan kebanyakan pelacur TKW asal Indonesia itu merupakan orang-orang kabur dari majikan. "Kebanyakan mendapatkan perlakuan seksual," tuturnya. Dia menceritakan istrinya sebelum dinikahi juga dua kali lari dari rumah majikan karena mau diperkosa.

Kawin Kontrak

Selain bermodus sebagai tenaga kerja, pelacuran di Arab Saudi juga memiliki taktik sama seperti terjadi di daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kawin kontrak merupakan salah satu strategi baru prostitusi bagi para tenaga kerja Indonesia di negara itu.

Ketatnya peraturan di sana terkait melakukan hubungan intim bukan muhrim dengan hukum rajam sampai mati tidak menyurutkan para pemburu lendir untuk bebas melakukan kegiatan haram.

"Modusnya dengan kawin kontrak," kata Ujang, 30 tahun, pekerja asal Indonesia di Kota Jeddah, Saudi, saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya pekan lalu.

Ujang mengatakan banyak buruh migran perempuan asal Indonesia melakukan kawin kontrak di Saudi. Mereka menikah di bawah tangan dengan lelaki Pakistan atau Bengali. Imbalannya 10 ribu riyal sekali nikah.

Pernikahan itu hanya berlangsung sesuai kontrak antara sebulan sampai tiga bulan. "Nikahnya bawah tangan. Maharnya misalnya 10 ribu Riyal," ujarnya. Selain dengan cara itu, ada juga modus lain kawin kontrak dengan cara digaji seribu riyal saban bulan. Sehabis kontrak, pernikahan itu selesai.

Nasir, warga Indonesia juga bekerja di Jeddah, mengiyakan pengakuan Ujang. Dia bilang biasanya TKW menjadi istri kawin kontrak dibayar seribu riyal per bulan. "Memang ada biasanya berpisah karena dideportasi. Ya, karena surat-suratnya tidak lengkap," tuturnya.

Jadi jangan kaget para TKW pelacur itu pulang menggendong bayi atau menggandeng anak berparas Timur Tengah. Padahal saat berangkat mereka sendiri.

Sedangkan untuk pelacuran berkedok TKW asal Indonesia, Nasir mengatakan tarifnya beragam. Tarif ditentukan sesuai negosiasi dengan mucikari. Sekali main biasanya mulai 150 riyal hingga 250 riyal.

Namun pelacur TKW punya harga spesial untuk pelanggan asal Indonesia. Tarifnya jauh lebih murah ketimbang saat melayani lelaki Pakistan, India, atau Bangladesh. "Harganya 70 riyal. Ada juga yang gratis karena suka sama suka," kata Nasir.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Loading...