Petani cabai di Kecamatan Batang Merangin, Haryono mengatakan untuk harga ditingkat petani saat ini paling rendah yaitu Rp4 ribu/kilogram. "Harga cabe di petani dihargai Rp. 4 ribu/kg. Tentu dengan harga ini kami petani sangat rugi, kita minta kepada Pemerintah untuk memperhatikan para petani," katanya kemarin
Dikatakan untuk cabai yang sudah siap panen banyak yang terbiar busuk dibatang, karena tidak ada upah untuk memetik cabe tersebut. "Semua petani cabai di kerinci panen semua, ditambah lagi dengan pasokan cabai dari luar daerah, hal ini membuat harga cabe anjlok ditingkat petani," katanya.
Petani lain di Kayu Aro, Edi juga mengaku hal yang sama, bahwa harga cabe di tingkat petani anjlok sekarang sudah menjadi Rp 4 ribu/kg di Kayu Aro. "Kasihan dengan para petani, malahan kita merugi dengan harga demikian," katanya.
Sedangkan petani cabai di Sungai Penuh, Riko mengatakan dirinya merugi lebih 40 persen. Dia menyebutkan modal nanam cabai 1 bal Rp6 juta, sedangka dieinya menanam sebanyak 2 bal atau Rp12 juta. "Saat ini baru panen 5 kali, belum kembali modal baru 30 persen. Prediksi tinggal 5 kali panen lagi. Kalau harga sama yakni Rp7 ribu perkiligram di petani sungai penuh maka otomatis kita masih merugi nanti," ungkapnya
Petani hanya berharap bantuan pemerintah kabupaten Kerinci maupun kota sungaipenuh. "Kita harapkan adanya bantuan ke petani. Serta upaya pemerintah daerah," ungkapnya
Hanim Kabid Pangan di Tanaman Pangan dan Holtikultura Kerinci membenarka harga cabai di Kerinci dan Sungaipenuh sedang anjlok di tingkat petani. "Hal ini terjadi, karena di beberapa daerah di Kerinci sedang panen dan masuknya cabai dari Alahan Panjang," katanya
Kabid Pangan mengakui kondisi ini ternedah sejak dua tahun terakhir. Untuk mengatasi harga bukan kewenangan Dinasnya yang bisa mengontrol harga yaitu Disperindag Kerinci dan Sungaipenuh ditingkat pasaran.
Sementara itu pantauan di pasar tradisional Tanjung Bajure harga cabai antara Rp 9 ribu/kg. Cabai dijual secara obral karena terlalu banyaknya yang masuk dipasar. "Tidak seperti puasa tahun sebelumnya. Cabai sekarang harnya murah sekali, kami saja membelinya Rp 9 ribu/kg," kata seorang pedagang. tribun kerinci
Dikatakan untuk cabai yang sudah siap panen banyak yang terbiar busuk dibatang, karena tidak ada upah untuk memetik cabe tersebut. "Semua petani cabai di kerinci panen semua, ditambah lagi dengan pasokan cabai dari luar daerah, hal ini membuat harga cabe anjlok ditingkat petani," katanya.
Petani lain di Kayu Aro, Edi juga mengaku hal yang sama, bahwa harga cabe di tingkat petani anjlok sekarang sudah menjadi Rp 4 ribu/kg di Kayu Aro. "Kasihan dengan para petani, malahan kita merugi dengan harga demikian," katanya.
Sedangkan petani cabai di Sungai Penuh, Riko mengatakan dirinya merugi lebih 40 persen. Dia menyebutkan modal nanam cabai 1 bal Rp6 juta, sedangka dieinya menanam sebanyak 2 bal atau Rp12 juta. "Saat ini baru panen 5 kali, belum kembali modal baru 30 persen. Prediksi tinggal 5 kali panen lagi. Kalau harga sama yakni Rp7 ribu perkiligram di petani sungai penuh maka otomatis kita masih merugi nanti," ungkapnya
Petani hanya berharap bantuan pemerintah kabupaten Kerinci maupun kota sungaipenuh. "Kita harapkan adanya bantuan ke petani. Serta upaya pemerintah daerah," ungkapnya
Hanim Kabid Pangan di Tanaman Pangan dan Holtikultura Kerinci membenarka harga cabai di Kerinci dan Sungaipenuh sedang anjlok di tingkat petani. "Hal ini terjadi, karena di beberapa daerah di Kerinci sedang panen dan masuknya cabai dari Alahan Panjang," katanya
Kabid Pangan mengakui kondisi ini ternedah sejak dua tahun terakhir. Untuk mengatasi harga bukan kewenangan Dinasnya yang bisa mengontrol harga yaitu Disperindag Kerinci dan Sungaipenuh ditingkat pasaran.
Sementara itu pantauan di pasar tradisional Tanjung Bajure harga cabai antara Rp 9 ribu/kg. Cabai dijual secara obral karena terlalu banyaknya yang masuk dipasar. "Tidak seperti puasa tahun sebelumnya. Cabai sekarang harnya murah sekali, kami saja membelinya Rp 9 ribu/kg," kata seorang pedagang. tribun kerinci
No comments:
Post a Comment